Jumat, 05 Maret 2010

Saudara- saudaraku yang terkasih,

Menjadi masalah serius yang harus kita perhatikan mengenai apa alasan kita menjadi orang Kristen? Jika kekristenan itu bisa dikatakan sebagai agama maka apa alasan kita memeluk agama Kristen? Dan jika saya pertegas lagi, apa alasan kita mempercayai Tuhan Yesus yang sekarang kita percayai? Dalam memahami hal ini kite harus jujur mengakui bahwa ketika kita mengamati kebiasaan manusia pada umumnya, mereka beragama hanya untuk mendapatkan keselamatan, baik itu keselamatan ekonomi, kesehatan jasmani, jodoh, dan berbagai perkara dunia lainnya yang menurutnya menyenangkan jiwa. Dan jika saya persingkat, manusia beragama hanya untuk mendapatkan keberuntungan/ kebahagiaan.

Apa yang dimaksud beruntung atau kebahagiaan? Dan apa alasan seseorang di dalam hidupnya mengatakan ia beruntung/ bahagia? Jika kita disuruh untuk menuliskan kebahagiaan/ keberuntungan yang kita inginkan maka tidak akan ada habis. Di sini kita harus menyadari bahwa kebahagiaan itu relatif, ada orang yang mengatakan ia bahagia jika ia sehat, yang satu mengatakan bahwa kebahagiaanya adalah kehormatan, dan yang lain mengatakan bahwa ia berbahagia jika memiliki kekayaan,dan sebagainya. Dan juga kebahagiaan/ keberuntungan tersebut sifatnya bergerak/ dinamis mengikuti sifat dasar manusia yang tidak pernah merasa puas. Masih anak- anak kebahagiaannya kelereng lalu bergerak ke sepeda. Sudah remaja kebahagiaannya punya motor, sudah dewasa mobil dan tidak akan ada habisnya. Dan walaupun ada seseoarang yang memiliki kebahagiaan yang paling sempurna, terhormat, kaya, mendapatkan jodoh yang ideal, keluarga harmonis tetapi jika tidak mengenal Tuhan maka sia- sia lah semuanya itu. Dan jika kita memiliki kebahagiaan yang paling sempurna itu pun hanya 70 tahun selanjutnya kematian akan menjemput kita. Yang harus dipersoalkan bukanlah masalah sewaktu kita hidup tetapi kehidupan dibalik kematian tersebut. Apakah yang kita terima nanti kemuliaan kekal atau kematian kekal. Dan apa yang dituai seseorang di kekekalan nanti adalah buah dari apa yang ia tabur ketika ia hidup. Dan tanpa mengenal Tuhan dengan benar dapat dipastikan orang itu akan binasa.

Menjadi masalah yang serius untuk dibicarakan bukan hanya kepada siapa Tuhan yang kita percayai tetapi Tuhan yang bagaimanakah yang kita percayai? Hal ini jarang diberitakan di gereja, justru yang selama ini diajarkan hanya percaya kepada Yesus karena Yesus itu baik, berkuasa, penuh kasih dan sebagainya. Memang hal ini tidaklah salah jika kita memang baru percaya ( orang Kristen baru ), namun seiring berjalannya waktu pengenalan kita akan Tuhan tidak boleh terpaku akan kuasa dan kebaikan Tuhan. Dan yang lebih ironis gereja bukan membuat jemaat mengenal/ memahami Tuhan yang bagaimana yang kita percayai, tetapi pelayanan gerejani justru membuat pola pikir jemaat semakin matrealis dan membuat mereka jauh dari kehendak Tuhan. Dan celakanya jemaat berpikir kekristenan hanya sekedar percaya, hidup diberkati, dan mati masuk sorga. Ini sangat menyesatkan. Dan banyak orang tertipu hal ini. Dan kita tidak boleh terjebak dan harus bertobat.

Kita harus jujur terhadap diri kita dan bersedia untuk dikoreksi dengan Tuhan. Tanpa kesediaan untuk membuka hati untuk dikoreksi oleh Tuhan maka tidaklah mungkin seseoarang memahami kebenaran ini. Yang harus kita lakukan adalah merubah pola pikir kita agar tidak serupa dengan dunia ( Roma 12 : 2 ). Kata pembaharuan dalam teks aslinya yaitu anakainosis yang berarti renewing ( pembaharuan ). Hal ini menunjuk kepada sesuatu yang diubahkan. Sedangkan kata “budi” dalam Roma 12 : 2 diterjemahkan nous ( baca : nous ) yang artinya mind ( pikiran ) , understanding

( pengertian ). Jadi ketika seseorang percaya kepada Tuhan Yesus yang harus diubah adalah pikirannya. Yaitu pikiran – pikiran yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, tanpa perubahan mindset mustahil seseorang mengerti kehendak Allah; apa yang baik, berkenan dan sempurna.

Di sini kita bisa melihat bahwa Tuhan menghendaki kita sempurna seperti Yesus dan ini sudah ditegaskan oleh Tuhan Yesus di dalam Matius 5 : 48, yang dalam KJV diterjemahkan “ Be therefore perfect, even as your father in heaven is perfect”. Harus kita sadari bahwa kita dipanggil bukan hanya untuk percaya tetapi juga untuk sempurna seperti dia. Bukan hanya menjadi manusia yang bermoral, jika hanya ditekankan moral yang baik setiap agamapun mengajarkan moral yang baik, seperti jangan mencuri, membunuh, berzinah yang sekarang ini diserap menjadi hukum dasar manusia. Tetapi masalahnya adalah tanpa moral dari Tuhan manusia tidak mungkin memenuhi standar kualitas manusia yang dikehendaki Bapa. Dan Yesuslah yang menjadi role model atau prototype manusia yang dikehendaki Bapa.

Di sini kita dapat melihat Tuhan yang bagaimana yang kita percayai, yaitu Tuhan yang memiliki kehendak. Tetapi yang diajarkan selama ini adalah seolah – olah Tuhan bisa diatur. Padahal Tuhan adalah pribadi agung yang memilki keabsolutan yang tidak bisa untuk diatur siapapun. Ini adalah sesat dan banyak dari kita tidak menyadari telah memperlakukan Tuhan dengan tidak pantas.

Di sini dibutuhkan keseriusan untuk mengenal Tuhan dan dibutuhkan pertaruhan segenap hidup untuk bersahabat dengan Tuhan. Jadi kekristenan bukanlah sebagian dari hidup melainkan segenap hidup. Prinsip ini tidak bisa digantikan dengan apapun, jika pengiringan kita kepada Tuhan hanya sebagian dari hidup maka sia – sia lah keberagamaan kita. Sementara kita disibukan dengan perkara – perkara dunia menjadikan kita lupa akan tujuan kita yang sebenarnya yaitu menjalin persahabatan dengan Tuhan. Dan ini liciknya iblis merusak pola pikir manusia lewat kotbah – kotbah yang tidak murni yang disebarluaskan lewat mimbar gereja. Iblis memang sengaja menyembunyikan ending dari perjalanan hidup manusia sehingga manusia merasa hidup yang mereka jalani berjalan dengan lancar tanpa memperhatikan arahan dan perasaan Tuhan. Banyak orang terjebak dalam hal ini ingin meraih kehormatan, kekayaan, pangkat, gelar tanpa memahami hati pikiran perasaan Tuhan. Orang rela bertaruh untuk mendapatkan sesuatu yang belum pasti mereka terima tetapi untuk sesuatu yang pasti akan kita hadapi yaitu kematian atau kemuliaan kekal kita tidak pernah mempersoalkan dengan serius. Ini yang harus kita persoalkan. Bukan hanya sekedar makan minum, hidup makmur, dan pekara dunia lainnya, jika kita menyelesaikan apa yang menjadi tanggung jawab kita masalah makan minum pun dapat kita selesaikan. Orang kafir yang tidak percaya Tuhan pun bisa lebih makmur asal bekerja keras. Dan ini adalah hukum kehidupan, jangan memaksa Tuhan untuk merubah hukum kehidupan ini dengan menggantikan tanggung jawab dengan doa. Saya mengatakan hal ini bukan bermaksud mengatakan bahwa doa tidak penting tetapi doa memiliki tempat sendiri dan tanggung jawab kita sebagai manusia wajib.

Yang kita perlukan bukanlah pemulihan jasmani tetapi pemulihan karakter kita yang tadinya serupa dengan dunia agar serupa dengan apa yang Tuhan inginkan. Pola pikir kita mengenai kebahagiaan pun tidak boleh sama dengan dunia. Harus Tuhan yang menjadi kebahagiaan kita. Dan Tuhan itulah sumber kebahagiaan kita. Di sini kita belajar untuk menjadikan Tuhan sumber kehidupan bukan sumber kebutuhan. Dan kita selama menumpang hidup di dunia harus memiliki standar asal ada makanan pakaian cukup

( 1 Tim 6 : 8 ). Sampai pada tingkat ketidakterikatan kita dengan dunia barulah seseorang bisa berkata ; “ yang kuingini Engkau saja “. Jika seseorang sampai pada tingkat ini maka barulah ia menemukan kebahagiaan yang benar. Solagracia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar